STAA mengelola 15 perkebunan kelapa sawit yang tersebar di empat provinsi: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Perusahaan juga mengelola perkebunan plasma melalui kerja sama dengan petani swadaya. Sejalan dengan misi grup, STA Resources senantiasa menerapkan praktik agronomi terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi mulai dari penanaman hingga panen.
Hingga akhir tahun 2024, rata-rata hasil tandan buah segar (TBS) mencapai 23,4 ton per hektar per tahun. Hasil ini diharapkan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang melalui pembaruan operasional berkelanjutan dan pohon kelapa sawit muda yang memasuki masa produktif.
Pengelolaan Limbah
Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, seperti tandan kosong (Empty Fruit Bunch/EFB) dan limbah cair pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), yang kemudian didaur ulang ke lahan sebagai pupuk organik. Limbah ini kaya akan unsur hara mikro dan makro yang dapat menyuburkan tanah.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
PHT adalah pendekatan ekologis dalam pengendalian organisme perusak tanaman. Tanaman seperti Turnera subulata, Antigonon leptopus, dan Cassia cobanensis berguna untuk menarik predator ulat gatal dan ulat kantong. Burung hantu Tyto alba memangsa tikus. Bakteri Bacillus thuringiensis digunakan untuk mengendalikan hama ngengat Tirathaba.
Mekanisasi
STAA menerapkan sistem mekanisasi untuk mendukung efektivitas dan efisiensi operasional. Sistem ini diterapkan pada proses pengumpulan TBS, pemupukan, serta pembangunan dan pengerukan saluran drainase.